First Name: Team
Last Name: Baadshah!
Email: Baadshah@Baadshah.Net
Serial: 5BQIW-WPJAK-4VUF3-GLTFT
Sabtu, 22 November 2014
Kamis, 20 November 2014
Sejarah Asal Mula Pulau Madura
TUGAS DESAIN WEB & GRAFIS
Nama : Fathorrahman
Nim : 201410020311009
Jurusan : Ahwal Askhsiyah Kelas A
Pada
zaman dahulu ada sebuah kerajaan di atas pegunungan Tengger, bernama Kerajaan
Medangkamulan. Pada masa itu, diperintah oleh Prabu Gilingwesi yang sangat
dihormati dan disegani rakyatnya. Raja dibantu oleh perdana menteriyang gagah
berani dan cerdik bernama Patih Pranggulang.
Meskipun Kerajaan Medangkamulan
adil dan makmur, tetapi agak bersedih hati karena Putrinya yang cantik
jelita yang bernama Putri Raden Ayu Tunjungsekar tidak mau bersuami. Telah
banyak lamaran datang dari para putra mahkota kerajaan-kerajaan tetangga, namun
semua itu ditolak oleh Putri Raden Ayu
Tunjungsekar
Pada suat malam Putri Raden Ayu Tunjungsekar tidur amat pulas.
Dalam tidurnya ia bermimpi sedang berjalan-jalan di tengah kebun yang sangat
indah. Di kejauhan terdengar tembang seorang pangeran yang sangat merdu. Ketika
ia sedang menikmati keindahan itu, tiba-tiba bulan purnama muncul di langit
yang bersih tanpa awan. Ia sangat terpesona melihat sinar bulan yang sangat
lembut itu.
Bulan itu pun turun. Makain lama makin rendah. Putri Tunjungsekar
heran melihat peristiwa itu setelah dekat, bulan itu masuk ke Putri
Tunjngsekar. Pada saat itulah Putri Tunjungsekar terbangun. Ia terkejut. Ia pun
kemudian mencoba untuk mengartikan mimpi itu. Beberapa bulan setelah mimpi itu
Putri Tunjungsekar hamil.Prabu Gilingwersi merasa terpukul dan amat murka. Ia
tidak percaya kalau kehamilan putrinya itu diakibatkan oleh mimpi. Maka
kemudian ia memutuskan untuk menghukum Putri Tunjungsekar.
“ Patih“, kata raja dengan nada sangat marah, “Bawalah Putri
Tunjungsekar ke hutan, dan di sana bunuhlah ia sebagai hukuman atas
kesalahannya.” Patih Pranggulang pun berangkat. Setelah berjalan sehari
semalam, sampailah mereka di hutan yang sangat lebat yang kebetulan dekat
dengan laut. Mereka berhenti di tempat
tersebut.
“ Ki
Patih, “ ujar Tunjungsekar,’ Silakan hukuman mati untukku dilaksanakan. Tetapi
ingat, kalau Ki Patih tidak bisa membunuhku, berarti aku memang tidak
bersalah.”
“
Baik, Tuan Putri, “ jawab Ki Patih.
Patih
Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan
cepat ia mengayunkan pedang ke Putri Tunjungsekar. Akan tetapi, sebelum
menyentuh tubuh Putri Tunjungsekar
pedang itu jatuh ke tanah. Ki Patih memungut pedang itu, kemudian
berusaha mengayunkan ke leher Putri Tunjungsekar, tetapi sebelum menyentuh
leher sang Putri pedangnya malah
terpental jauh. Ki Patih tidak putus asa. Ia mencoba lagi, tetapi tetap gagal.
Kali ini bahkan pedangnya terpental makin jauh.
“Tuan
Putri, kiranya benarlah apa yang Tuan putri katakan. Tuan Putri memang tidak
bersalah”, kata Ki Patih.” Karena itu,
sebaiknya Tuan Putri segera pergi
meninggalkan tempat ini. Hamba akan membuat rakit untuk Tuan Putri. Berakitlah
melalui laut ini, hamba yakin nanti Tuan
Putri akan menemui daratan. Hamba sendiri tidak akan pulang ke kerajaan tetapi
akan bertapa di sini untuk mendoakan agar Tuan Putri selamat,” tambahnya.
Tunjungsekar
pun kemudian menaiki rakit yang telah dibuat Ki Patih. Ketika sampai di tengah
laut pada suatu malam, kebetulan waktu itu bulan sedang purnama, perut
Tunjungsekar terasa sangat sakit. Ketika bulan benar-benar di atas Tunjungsekar
lahirlah seorang bayi laki-laki yang
mungil dari perut Tunjungsekar. Bayi itu didekapnya dengan penuh kasih sayang.
Karena lahir di laut, bayi itu diberi nama Raden Sagara. Sagara dalam bahasa
Madura sama dengan segara dalam bahasa Jawa, artinya laut.
Beberapa
hari kemudian pada suatu pagi tampaklah di mata Tunjungsekar sebuah pulau. Ia
pun kemudian mendekatinya. Ketika rakit yang dinaikinya sudah menepi di pulau
itu, Tunjngsekar sambil mendekap bayinya turun dari rakit. Tiba- tiba hal aneh
terjadi. Ketika sampai di darat, raden sagara yang baru berumur beberapa hari
tiba-tiba melocat ke tanah . Ia pun kemudian berlari kesana kemari dengan
riangnya tubuh raden sagarapun cepat bertambah besar.
Raden Sagara dan ibunya berjalan terus. Pulau itu sangat sepi,
tidak ada manusia lain kecuali mereka berdua. Mereka kemudian tiba di sebuah
tanah yang lapang. Dalam bahasa Madura tanah lapang disebut ra-ara atau hampir
sama dengan ara-ara dalam bahasa Jawa. Di sudut tanah lapang itu Raden Sagara
melihat sebatang pohon. Ia mendekati pohon itu. Di dahan paling rendah ada
sarang lebah yang cukup besar. Ketika Raden Sagara mendekat lebah-lebah
bertebangan menjauh, seolah-olah mempersilahkan Raden Sagara untuk mengambil madunya.
Kemudian Raden Sagara pun dapat menikmati madu bersama ibunya sepuas-puasnya.
“Karena mereka menemukan madu di tanah lapang yang luas, tempat itu
kemudian diberi nama Madura, yaitu berasal dari kata madu era – ara, artinya
madu di tanah yang lapang. Raden Sagara pun kemudian hidup bersama ibunya, dan
kelak kemudian hari ia menjadi raja memerintah Pulau Madura untuk kali pertamanya.
Pada
jaman dahulu, Madura merupakan pulau yang terpecah belah. Yang tampak pada
waktu itu adalah gunung Pajuddan dan gunung Gegger di daerah Bangkalan, tempat
kelahiran Raden Sagarah.
Pada
saat itu pula di tanah jawa tepatnya di daerah muara sungai Brantas di Jawa
Timur ada sebuah kerajaan bernama “MEDANG KEMULAN”. Kerajaan Medang Kemulan sangat aman, tentram, dan damai. Semua
warganya melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Ca’ epon reng Madura “ lakona lakone kennengga kennengge”,
demikian prinsip mereka. Rajanya bernama “Sang Hyang Tunggal” adalah seorang
raja yang
arif
dan bijaksana. Sang raja dikaruniai seorang putri yang cantik jelita bernama
“Bendoro Gung” (Potre Koneng), sang putri sangat ramah dan sopan santun pada
siapa pun.
Pada
suatu malam dalam tidurnya, sang putri bermimpi, bertemu dengan seorang pemuda
yang gagah perkasa yang bernama Abiyasa. Karena ketampananya, sang putri
terpesona dan jatuh cinta padanya. Ternyata cinta sang putri tidak bertepuk
sebelah tangan, karena sang pemuda juga menyukai sang putri. Di dalam mimpinya,
kedua insan memadu kasih dengan mesra. Tidak diduga dan sulit dipercaya, karena
peristiwa dalam mimpi tersebut, putri Bendoro Gung benar-benar hamil. Sejak
saat itulah sang putri mengasingkan diri.
Perubahan
yang dialami sang putri ternyata tidak luput dari perhatian sang prabu. Maka
dipanggilah seorang dayang yang biasa melayani sang putri untuk memanggil putri
Bendoro Gung agar menghadap padanya. Ketika sang putri menghadap betapa
terkejutnya sang prabu melihat perubahan putri kesayangannya. Sang prabu lalu
menanyakan apa yang terjadi pada anak kesayangannya. “Anakku, apa yang terjadi
padamu? Wahai anakku?” mendengar tutur kata ayahnya menangislah putri Bendoro
Gung sambil menceritakan peristiwa aneh yang dialaminya, mulai peristiwa dalam
mimpinya sampai kehamilannya.
Mendengar
pengakuan putri kesayangannya, maka meledaklah amarah sang prabu. Dengan nada
sangat marah dia berkata “Hai Bendoro Gung, kalau orang masih waras tidak akan
percaya terhadap ceritamu ini! kalau kau benar-benar hamil itu adalah aib yang sangat besar bagi kerajaan Medang
Kemulan”.
Selanjutnya
sang prabu memanggil patih Pranggulang. Beliau menceritakan segal kejadian yang
menimpa keluarga kerajaan dan memerintahkan patih Pranggulang untuk
menyingkirkan putri Bendoro Gung. Selanjutnya, patih Pranggulang membawa putri
Bendoro Gung ke hutan belantara.
Patih
Pranggulang menghunus pedangnya dan mengayunkan ke leher sang putri. Ketika
ujung pedang hampir mengenai leher sang putri, terjadilah keajaiban. Pedang
tersebut jatuh ke tanah, demikian sampai berulang tiga kali. Patih Pranggulang
tidak melanjutkan untuk membunuh sang putri, tetapi dia memilih tidak kembali
ke kerajaan dan membawa sang putri jauh ke utara. Untuk menghilangkan kecurigaan
orang, patih Pranggulang merubah namanya menjadi Kyai Poleng (poleng artinya
kain tenun Madura).
Setelah
sekian lama berjalan, sampailah mereka di tepi pantai. Kyai Poleng membuat
sebuah rakit, lalu sang putri di dudukkan di atas rakit dan dihanyutkan ke laut
menuju pulau Madu Oro atau sekarang menjadi pulau Madura. Sebelum berangkat,
Kyai Poleng berpesan kapada sang putri jika ada apa-apa supaya ia menghentakkan
kakinya ke tanah, maka Kyai Poleng akan datang. Selanjutnya rakit berjalan dan
terdamparlah di gunung Gegger.
Suatu
hari sang putri sakit perut dan merasa akan melahirkan, maka sang putri
menghentakkan kakinya ketanah dan datanglah Kyai Poleng. Dengan dibantu Kyai
Poleng, sang putri melahirkan anak laki-laki yang sangt tampan. Dengan rasa
suka cita Putri berkata, “Sang Hyang Widi, Hamba ucapkan terimakasih atas
anugerah yang besar ini. Maka anak ini hamba beri nama RADEN SAGHARA”. Manusia
pertama yang lahir di pulau Madura.
Setelah
raden Saghara lahir, dia diasuh oleh ibunya. Dibantu oleh Kyai Poleng, akhirnya
raden Saghara tumbuh menjadi pemuda yang gagah perkasa dan tampan. Pada suatu
hari di kerajaan Medang Kemulan terjadi peperangan antara kerajaan Medang
Kemulan dengan nageri Cina. Yang menyebabkan timbulnya wabah penyakit aneh di
kerajaan Medang Kemulan. Suatu saat sang prabu mendengar kabar bahwa di pulau
jawa. Tepatnya di pulau Madura ada seorang pemuda yang sakti mandra guna, yang
dapat melawan tentara Cina dan dapat menyembuhkan penyakit aneh tersebut. Maka
diutuslah seorang patih dari kerajaan Medang Kemulan untuk mencari pemuda
tersebut yaitu raden Sagahara.
Setelah utusan prabu Sang Hyang Tunggal tiba
di pulau Madura, ia mencari raden Saghara, dan bertemulah ia dengan raden
Saghara di gunung Gegger. Utusan tersebut menceritakan segala kejadian yang
menimpa kerajaan Medang Kemulan. Ia juga menceritakan bahwa ada seorang pemuda
dari pulau Madura yang dapat membantu kerajaan Medang Kemulan.
Utusan
tersebut meminta raden Saghara untuk menolong kerajaan Medang Kemulan.
Mendengar kabar dari utusan tersebut, raden Saghara menceritakan kepada ibunya
yakni Putri Bendoro Gung. Dan meminta ijin untuk pergi menolong kerajaan Medang
Kemulan. Putri Bendoro Gung akhirnya mengijinkan putranya untuk menolong
kerajaan Medang Kemulan, namun putri Bendoro Gung tidak menceritakan pada
putranya bahwa ia adalah putri dari kerajaan Medang Kemulan dan raden Saghara
adalah cucu dari prabu Sang Hyang Tunggal.
Setelah
itu maka berangkatlah raden Saghara ke kerajaan Medang Kemulan dengan membawa
senjata yang berupa tombak. Sampai di kerajaan Medang Kemulan, raden Saghara
berperang melawan tentara Cina dengan cara ujung tombaknya dihadapkan pada
tentara Cina. Dari ujung tombak itulah, kemudian keluar penyakit sehingga
membuat tentara Cina terkena penyakit dari ujung tombak raden Saghara. Dan
seketika tentara Cina pergi meninggalkan kerajaan Medang Kemulan, dan penyakit
aneh yang menimpa rakyat Medang Kemulan hilang dengan seketika.
Sang
prabu Sang Hyang Tunggal bertemu dengan raden Saghara, dan mengucapkan
terimakasih. Atas rasa terimakasihnya, Ia pun hendak menjodohkan raden Saghara
dengan putrinya (adik Bendoro Gung). Namun raden Saghara meminta ijin untuk
pulang ke pulau Madura, untuk meminta persetujuan dari ibunya. Namun pada saat
itu ibu raden Saghara tidak lagi tinggal di gunung Gegger, akan tetapi ia sudah
pindah ke daerah Nepa di Madura.
Setelah
bertemu dengan ibunya, raden Saghara menceritakan tentang perjodohan tersebut.
Mendengar hal itu, putri Bendoro Gung sangat terkejut dan ia pun memutuskan
untuk menceritakan tentang hal yang terjadi pada putri Bendoro Gung. Ia pun
memberi tahukan bahwa putri yang hendak dijodohkan dengannya adalah bibinya
sendiri, dan prabu Sang Hyang Tunggal adalah kakeknya sendiri.
Setelah menceritakan hal tersebut putri Bendoro Gung dan raden
Saghara menangis dan berpelukan, serta pada saat itu pula mereka menghilang
tanpa jejak. Konon menurut ceritanya kerajaan yang ada di Nepa merupakan bekas
peninggalan dari putri Bendoro Gung dan Raden Saghara. Serta semua prajuritnya
berubah menjadi monyet. Menurut cerita rakyat setempat, orang-orang yang
mempunyai ilmu keimanan yang tinggi, dapat melihat sosok raden Saghara yang
gagah dengan disertai pakaian perang yang dilapisi dengan kilaun emas.
Sebelum
abad ke 18, Madura terdiri dari kerajaan-kerajaan yang saling bersaingan, akan
tetapi sering pula bersatu dengan melaksanakan politik perkawinan. Di antaranya
kerajaan-kerajaan tersebut adalah Arosbaya, Blega, Sampang, Pamekasan dan
Sumenep.
Di
samping itu kerajaan-kerajaan di Madura berada dibawah supermasi dari kerajaan
yang lebih besar yang kekuasaannya berpusat di Jawa. Antara tahun 1100-1700,
kerajaan-kerajaan itu berada dibawah supermasi kerajaan Hindu di Jawa Timur,
kerajaan-kerajaan Islam dipesisir Demak dan Surabaya serta kerajaan Mataram di
Jawa Tengah.
Peda
pertengahan abad ke 18, Madura berada di bawah pengarush VOC/Kompeni Belanda.
Setelah Kompeni dibubarkan pada tahun 1879, Madura dengan berangsur-angsur
menjadi bagian dari Kolonial Belanda sampai dengan masa pendudukan Bala Tentara
Jepang.
Setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Pulau
Madura berstatus sebagai Karesidenan dalam Provinsi Jawa Timur. Pada akhir
tahun 1947, Madura diduduki kembali oleh Pemerintah Penjajah Belanda. Untuk
memperkuat cengkramannya atas Pulau Madura, seperti halnya terhadap daerah
lainnya di Indonesia yang didudukinya, pada tahun 1948 Pemerintah Penjajah
Belanda membentuk Negara Madura. Status sebagai negara tersebut berlangsung
sampai kurun waktu pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada tahun
1949-1950 oleh Belanda.
Dalam
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), Madura merupakan salah satu Negara
Bagian bersama-sama dengan Negara-Negara Bagian lainnya, seperti Republik
Indonesia Yokyakarta, Indonesia Timur, Pasundan, Sumatra Timur, Sumatra
Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Barat. Status Madura di dalam wadah RIS hanya
berusia pendek, karen pada tahun 1950 itu juga Rakyat Madura telah membubarkan
Parlemen dan Negara Madura, dan kembali bergabung dengan Republik Indonesia
(kesatuan di Yogyakarta).
Semangat
Berjuang Melawan Penindasan dan Penjajahan
Sejak
jaman dahulu kala, orang-orang Madura memiliki semangat untuk melawan segala
bentuk penindasan dan penjajahan baik yang dilakukan oleh kekuasaan dan
kekuatan dari luar. Hal tersebut dapat kita ketahui baik dari legenda-legenda
yang berkembang di kalangan rakyat Madura maupun buku-buku/tulisan-tulisan dan
laporan-laporan penguasa yang pernah memerintah Pulau Madura.
1.
Menurut cerita jaman kuno (± abad pertama Masehi), yang ditulis diatas daun
lontar, pada suatu saat kerajaan Mendangkawulan kedatangan musuh dari negeri
Cina. Didalam peperangan tersebut Mendangkawulan berkali-kali menderita
kekalahan, sehingga kedatangan seorang yang sangat tua dan berkata bahwa di
Pulau Madu Oro (Madura) bertempat tinggal anak muda bernama Raden Segoro
(Segoro = laut). Raja dianjurkan minta bantuan kepada Raden Segoro jika didalam
peperangan ingin menang. Raden Segoro berangkat dengan membawa senjata Si
Nengolo dan berperanglah untuk mengusir tentara Cina. Tentara musuh banyak yang
tewas dan kerajaan Mendangkawulan menang dalam peperangan.
2.
Cerita lain tentang kepahlawanan oerang-orang Madura, ialah terjadi sekitar
berdirinya kerajaan Majapahit dalam abad ke 13, orang Maduralah yang membuka
hutan Tarikdan mendapat bauh maja yang pahit, sehingga daerah baru tersebut
disebut Majapahit. Tokoh-tokoh Madura di antaranya ialah Wiraraja, Lembu Sora,
Ranggalawe, yang membantu Raden Wijaya sehingga mencapai punjak keberhasilannya
dalam mendirikan kerajaan. Sewaktu Raden Wijaya dikejar oleh tentara
Jayakatwang dan kerajaan Singosari runtuh, ia mengungsi ke Sumenep minta
perlindungan dan bantuan kepada Raden Wiraraja dan sang Adipati Madura inilah
yang menyusun rencana agar Raden Wijaya pewaris tahtakerajaan Singosari dapat
kembali berkuasa. Memang Wiraraja atau yang disebut Banyak Wide adalah aktor intelektualitas
yang memenangkan perang terhadap tentara Tartar yang dikirim oleh Kubelai Khan
untuk menaklukkan kerajaan Jawa.
Tentara
Tartar mengalahkan kerajaan Jayakatwang Kediri,tetapi tentara Tartar ini pula
dihancurkan oleh Raden Wijaya dengan bantuan orang-orang Madura yang
bersemangat tinggi dalam berperang untuk mengusir musuh.
3.
Peristiwa lain terjadi disekitar abad ke 15, ketika Dempo Awang (Sam Poo
Tualang) seorang Panglima Perang dari Negeri Cina nenunjukkan kekuasaannya
kepada raja-raja di Jawa dan Madura, agar mereka tundek kepadanya. Didalam
peperangan itu, Jokotole dari Madura melawan Dempo Awang yang menaiki kapal
layar yang dapat berlayar di laut, diatas gunung diantara bumi dan langit.
Demikian menurut cerita legenda. Didalam peperangan itu Jokotole mengendarai
Kuda Terbang, pada suatu saat setelah ia mendengar suara dari pamannya
(Adirasa), yang berkata "pukul", maka Jokotole menahan kekang kudanya
dengan keras dan ia menoleh sambil memukul cemeti (cambuknya) mengenai musuhnya
sehingga hancur luluh jatuh berantakan.
Menurut
kepercayaan orang bahwa kapal Dampo Awang tersebut hancur luluh ketanah tepat
di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Sementara Piring Dampo Awang
jatuh di Ujung Piring yang sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota
Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah. Dan menurut
cerita bahwa Sam Poo Tualang tersebut adalah seorang Laksamana Cina yang
bernama Cheng Hoo.
4.
Sewaktu Sultan Agung memimpin Mataram, Ia menjalankan politik pemerintahan
untuk mempersatukan Jawa dan Madura, bahkan ingin mempersatukan seluruh
kepulauan Nusantara, agar Kompeni sukar melebarkan sayapnya. Karena itu Sultan
Agung kadang-kadang menjalankan politik kekerasan. Dalam tahun 1614 Surabaya
ditaklukkakn, demikian pula Pasuruan dan Tuban. Akhirnya dalam tahun 1624,
Madura mendapat giliran. Pendekatan yang kurang bijaksana menimbulkan
peperangan yang dahsyat. Tentara Madura yang berjumlah 2.000 orang melawan
pasukan Mataram yang berjumlah 50.000 orang. Perjuangan Rakyat Madura
menunjukkan keberanian yang luar biasa, baik pria maupun wanita maju ke garis
depan.
Sebanyak
6.000 orang tentara Mataram dapat ditewaskan, tetapi Sultan Agung tidak putus
asa, yang gugur segera diganti. Akhirnya Madura dapat ditaklukkan. Satu-satunya
keturunan raja Madura yang masih hidup adalah Raden Praseno yang masih belum
dewasa. Ia dibawa ke Mataram oleh Sultan Agung dan setelh dewasa dikawinkan
dengan salah seorang putri adik Raja Mataram.
Dalam
jaman Sultan Agung, Mataram ditakuti oleh Kompeni Belanda, tetapi setelah
Amangkurat I berkuasa, Kompeni menjalankan politik pecah belah dan Amangkurat I
tidak mempunyai kewibawaan.
Pangeran
Alit (adiknya sendiri) dicurigai dan diperintahkan untuk ditangkap dan dibunuh.
Raden Maluyo ayah dari Trunojoyo juga menjadi korman. Akhirnya juga
Cakraningrat I (Raden Praseno), penasehat umum kerajaan menjadi korban
pembersihan.
Trunojoyo
maju ke depan hanya karena terdorong untuk membasmi ketidakadilan, kemungkaran
dan anti penjajahan. Bukan kekuasaan dan kedudukan yang menjadi tujuan hidup
Trunojoyo, dan ini terbukti waktu mahkota kerajaan Majapahit ada ditangan
kekuasaannya. Mahkota ini secara turun-temurun jatuh ketangan raja-raja yang
menguasai Jawa. Trunojoyo tidak pernah menempatkan mahkota Majapahit diatas
kepalanya, pun juga tidak pernah menamakan dirinya sebagai Sesuhunan. Mahkota
yang ada ditangannya dikembalikan kepada Susuhunan, asal saja Susuhunan mau ke
Kediri dengan tidak berteman dengan Belanda (artinya: Amangkurat II diminta
untuk memutuskan hubungannya dengan Belanda).
5.
dalam abad ke 18 Kompeni Belanda mengadakan pembatasan-pembatasan serta
penindasan-penindasan yang makin merajalela terhadap kekuasaan raja-raja dan
rakyat Madura, sehingga di Madura Barat telah terjadi suatu perlawanan yang
dipimpin oleh Cakraningrat IV. Tetapi perlawanan tersebut dapat dipatahkan
karena Kompeni mendatangkan bala bantuan dari Batavia. Cakraningrat IV terus
menyingkir ke Banjarmasin, tetapi akhirnya tertangkap pula disana, Cakraningrat
IV terus dikirim ke Kaap de Goede Hoop, dan ia meninggal dunia disana pada
tahun 1759.
Orang
Madura memberinya nama Pangeran Sidengkap, karena Cakraningrat IV meninggal
dunia di tempat pengasingannya yakni Kaap de Goede Hoop.
6.
dalam masa pemerintahan Jepang, sejak tanggal 18 Agustus 1942, kekejaman
tentara Jepang yang menginjak-nginjak nilai dan martabat rakyat Madura, serta
keangkaramurkaannyatelah menimbulkan penderitaan yang membebani rakyat,
sehingga ada tahun 1943 telah berkobar suatu pemberontakandi Desa Prajan, Sampang
yang dipimpin pesantren setempat.
Kemudian
ia dan serta pemimpin-pemimpin pesantren lainnya ditangkap dan ditembak mati.
Akhirnya atas campur tangan Panglima Tentara Jepang (Seiko Sisikan) di Jakarta,
mereka yang masih ditahan dibebaskan kembali dan pembantaian lebih lanjut dapat
dihentikan.
Dafatar
pustaka :
1. Anonim.
(2013).sejarah Madura. From http://kabarmadura07.blogspot.com/2013/01/sejarah-madura.html,
20 Nopember 2014
2. muhrimuhtar.
(2012).RADEN SAGARA (ASAL USUL PULAU MADURA). From
http://lokalbahasasastra.blogspot.com/2012/04/raden-sagara-asal-usul-pulau-madura.html,
20 Nopember 2014
3. yahyaislachuddin.
(2011).LEGENDA ASAL USUL NAMA MADURA. From
http://islachuddin.blog.com/2011/11/03/legenda-asal-usul-nama-madura/, 20
Nopember 2014
Cara Install Lewat Flashdisk W 7 & W 8
OPEN CMD
DISKPART and hit enter.
LIST DISK and hit enter.
SELECT DISK 1 (Replace DISK 1 with your disk number)
CLEAN
CREATE PARTITION PRIMARY
SELECT PARTITION 1
ACTIVE
FORMAT FS=NTFS
(Format process may take few seconds)
ASSIGN
EXIT
DISKPART and hit enter.
LIST DISK and hit enter.
SELECT DISK 1 (Replace DISK 1 with your disk number)
CLEAN
CREATE PARTITION PRIMARY
SELECT PARTITION 1
ACTIVE
FORMAT FS=NTFS
(Format process may take few seconds)
ASSIGN
EXIT
Selasa, 04 November 2014
Ziaroh Kubur Bagi Wanita
Nama : Fathorrahman
Nim : 201410020311009
Judul
: Ziaroh Kubur Bagi Wanita
Pada dasarnya ziaroh kubur secara umum adalah hukumnya di
perbolehkan, karena dari itu Berziarah kubur merupakan sesuatu yang di
Syariaatkan di dalam Islam dengan beberapa dalil dari Rasulullah SAW. Serta
Ijma' ( Kesepakatan ). Lebih disunnahkan / di Utamakan bagi kaum Adam
berdasarkan dalil - dalil hadist. sedangkang bagi kaum Hawa hukumnya adalah
Mubah (boleh ) ada juga yang memakruhkan bahkan sampai kepada haram bagi
sebagian kaum hawa. Perbedaan hukum antara laki-laki dan perempuan karena
adanya hadist yang menunjukkan larang ziarah kubur bagi wanita. Di bawah inilah
keterangan hadist yang berkaitan tentang Ziaroh Kubur
1.
Hadist Yang Menerangkan Ziaroh Kubur
Itu Hukumnya Diperbolehkan
وعن
بريدة بن الحصيب الاسلمي رضي الله تعالى عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( كنت نهيتكم عن زيارة
القبورفزوروها ) رواه مسلم , زاد الترمذي (
فانها تذكر الاخرة)
Artinya:dari rubaidah Bin Hasaib Al-Islami Radiyallahuanhu berkata
: Rasulullah Bersabda "Saya pernah melarang kalian melakukan
ziarah kubur, sekarang ziarahlah karena hal itu bisa mengingatkan akhirat.
Kalo kita memperhatikan Tentang hadist di atas maka diambil
kesimpulan bahwasanya hadis tersebut sifatnya Umum ( baik Laki – Laki atau
Perempuan ) maka tidak ada larangan dalam dalam berziarah.
2.
Hadist Tentang Larangan Wanita
Menziharohi Kubur adalah
حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَارِثِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جُحَادَةَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زُوَّارَاتِ
الْقُبُورِ
Artinya : Telah menceritakan kepada
kami Azhar bin Marwan berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits
berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Juhadah dari Abu Shalih
dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat
wanita-wanita peziarah kubur. " 1564
حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ قَالَ أَبِي و حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ عَنْ سُفْيَانَ
عَنِ ابْنِ خُثَيْمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ بَهْمَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ حَسَّانَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ زَوَّارَاتِ الْقُبُورِ
Artinya : Telah menceritakan kepada
kami Mu'awiyah bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdullah
bin 'Utsman berkata; bapakku dan telah menceritakan kepada kami Qabishah dari
Sufyan dari Ibnu Khutsaim dari Abdurrahman bin Bahman dari Abdurrahman bin
Hassan dari Bapaknya berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melaknat
para wanita yang terlalu sering berziarah kubur.
Dari hadist
di atas bisa di ambil kesimpulan bahwasanya hukum berziaroh bagi wanita adalah tidak dianjurakan di
karenakan wanita itu membawa penyelisihan terhadap Syariat, seprti Meraung,
menjadikan kuburan sebagai tempat berreakriasi, ikhtilath (bercampur baur
dengan laki-laki) , memamerkan kecantikan sehingga tujuan utama untuk berziarah
akan pudar. Sedangkan tujuan utama berziaroh adalah 1. Mendoakan si Mayyit, 2. Agar kita tetap ingat
terhadap mati ( dijadikan Ibroh ).
Sumber Referensi : - Hadis Exsplorer
- Kitab Bulughul Marom
Langganan:
Postingan (Atom)